LiNa & ViSKa (2): Kasus Konspirasi Menjelang Kompetisi
BAGIAN 1
BAGIAN 1
Minggu depan sekolah dimana Lina
dan Viska belajar akan mengirim satu murid terbaik sebagai perwakilan untuk
mengikuti kompetisi Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga
Bahasa Inggris terkemuka.
Sebelum mengikuti ujian, pihak
sekolah menyaring beberapa kandidat yang memiliki bakat dan kemampuan terbaik
dalam Bahasa Inggris. Salah satu di antara pesertanya adalah Elli Bong, teman
sekelas Viska di X-2.
Elli Bong, seorang gadis yang
sangat berbakat di pelajaran Bahasa Inggris. Setiap ujian yang diberikan
kepadanya selalu didapatnya dengan minimal nilai 80. Tak jarang gadis itu
mendapatkan nilai sempurna 100 untuk pelajaran yang digemarinya itu.
Bersama dengan Elli, masih ada
Alissa Britany, dari kelas XI-IPS dan Arni Budianti dari kelas X-1, kelas Lina.
Selama dua minggu terakhir, setiap pulang sekolah, ketiganya mendapat bimbingan
khusus dari guru Bahasa Inggris, Pak Kalvin Enggano.
Dari tiga peserta yang ada, akan
dieliminasi menjadi 2 dan terakhir, memilih satu yang terbaik untuk dimasukkan
ke kompetisi yang sebenarnya. Hari Jum'at, dua hari di muka, akan diadakan babak
penyisihan untuk memilih satu yang terbaik dari tiga kandidat yang terpilih
untuk mewakili sekolah.
Hari Kamis pagi, saat istirahat,
Elli menjumpai saudara kembarnya, Ella, yang berada di kelas X-1 untuk pergi ke
kantin makan bersama. Seorang anak muda menghampiri Elli saat gadis itu
melangkah masuk ke kelas saudara kembarnya. Anak itu bernama Yudi.
"Li, makan pagi yuk?" Yudi mengajak Elli sebelum
gadis itu mendekati Ella. "Gue lapar nih."
"Aku mau makan sama adikku, sudah janji sama dia."
Jawab Elli sambil tersenyum.
"Yah, kenapa sih lu selalu tolak gue?" Yudi
menghalangi langkah Elli tepat di depan gadis itu. "Masih ragu ya kalo gue
suka sama elo?"
"Bukan gitu, Yud." Elli menghela nafas.
"Terus, kenapa elo menghindar dari gue terus?"
Tanya Yudi. "Kan gue udah bilang kalo gue dengan Alissa udah gak ada
apa-apa lagi. Kami udah putus."
"Sorry, Yud, bukannya gimana. Tapi pikiranku lagi gak
mikir kesana. Aku mau fokus untuk pertandingan besok." Ujar Elli.
"Please, ngertiin aku."
"Ya udah deh kalo gitu..." Yudi mengangkat
tangannya dengan kesal dan beranjak keluar dari kelas.
"Sorry, Yud. Habis pertandingan besok, aku sms kamu ya.
Beri aku waktu." Kata Elli lagi. Tapi Yudi sudah keburu keluar dari kelas
sehingga perkataan gadis itu tidak didengar lagi olehnya.
Elli pun mendekati Ella,
kembarannya, dan mengajaknya makan. Keduanya berjalan bersamaan, seperti
melihat satu badan yang sama dalam dua orang yang sama pula. Bagai pinang
dibelah dua!
"Li, kamu sudah kasih foto ke ketua kelas belum? Kan
kita diminta foto untuk arsip sekolah." Kata Ella pada saat keduanya
berjalan bersama ke kantin.
Elli menggeleng. "Belum. Besok saja ya. Tunggu
pertandingan selesai. Lagipula, foto kita kan baru selesai dicuci cetak nanti
sore."
"Oh iya ya, aku lupa." Ella tersenyum.
Saat tiba di kantin, keduanya tidak
melihat Yudi yang sebelumnya mengajak Elli makan bersama. Elli pun tak
memikirkannya. Pikirannya lebih tercurah kepada kompetisi besok.
"Gimana untuk besok? Sudah siap?" Tanya Ella
kepada kembarannya itu.
"Ya, aku selalu siap." Elli tersenyum. "Ini
saat yang kunanti-nantikan untuk menjajal kemampuanku. Walau sakit sekalipun,
aku pasti akan tetap ikut bertanding."
"Pasti. Aku ikut senang kalau kamu berhasil."
Jawab Ella.
Pada saat bersamaan, kedua saudara kembar itu berpapasan
dengan Alissa Britany, anak XI-IPS. Gadis itu memandang sengit Elli yang
berpapasan dengannya.
"Heh, Elli. Jangan harap besok lu akan terpilih
mewakili sekolah!" Dengan sinis dipelototinya Elli. "Selama masih ada
gue, lu gak akan bisa dapat kesempatan itu."
Elli hanya tersenyum menanggapi
sikap kakak kelasnya itu. Diajaknya Ella pergi meninggalkannya.
"Jangan diladenin!" Kata Elli.
"Iya." Sahut Ella. "Tadi pagi juga Arni
bilang gitu."
"Jangan mimpi kalau Elli akan bisa mengalahkanku."
Ella meniru ucapan Arni.
"Sudah. Biarkan saja." Jawab Elli. "Besok
semua akan terjawab."
Keesokan paginya, tepatnya jam
pelajaran ke-5 dimana kompetisi babak penyisihan akan dilangsungkan. Semua
murid kelas X dan XI SMA sekolah itu dihentikan kegiatan belajar mengajarnya
dan dikumpulkan di aula.
Elli Bong, Alissa Britany dan Arni
Budianti adalah peserta yang mengikuti kompetisi itu. Pak Kalvin Enggano
menjadi salah satu juri selain dua guru lainnya.
"Kemana Elli? Kenapa jam segini masih belum
muncul?" Ella yang berbaur dengan teman-temannya di aula terlihat gelisah
sambil terus-terusan melihat jam tangannya.
Lina yang kebetulan berdiri di sampingnya melihat
gerak-gerik Ella. "Kenapa, La?"
"Elli kok belum muncul ya?" Gumam Ella gusar.
"Coba hubungi dia." Viska yang berdiri di sebelah
Lina mengusulkan. "Siapa tahu dia lupa atau apa."
"Tidak mungkin. Tidak mungkin lupa." Kata Ella,
tapi tangannya mengambil juga ponsel dari kantong baju seragamnya. Matanya melihat
sesuatu di layar ponselnya.
"La, aku tidak bisa ikut kompetisi. Sakit. Aku
pulang." Ella membaca sms yang tertulis di layar ponselnya.
"Kok mendadak begini?" Ella tampak kebingungan.
"Kok Elli pulang gak kasih tau aku dulu?"
"Kenapa, La?" Viska kebingungan menatap sikap
Ella. Lina juga masih memperhatikan tingkah laku temannya.
"Aneh! Kemarin Elli bilang padaku walau sakit dia akan
tetap ikut tanding. Kenapa sekarang dia malah sms aku begini?" Ujar Ella.
Pada saat itu, seseorang muncul
mendadak di depan Ella.
"Ella, ada titipan dari Elli." Kata orang itu.
"Yudi, kamu ada liat Elli gak?" Begitu melihat
orang yang menjadi pacar saudara kembarnya itu, spontan Ella bertanya
kepadanya.
"Tadi katanya mau pulang karena sakit. Dia kasih aku
foto ini." Kata orang yang ternyata adalah Yudi itu sambil menyerahkan
selembar foto kepada Ella. "Katanya kamu butuh foto ini."
Ella mengambil foto yang diberikan Yudi kepadanya. Itu foto
dirinya. Foto berwarna ukuran 4x6.
"Udah dulu ya. Gue mau liat pertandingan dulu."
Kata Yudi yang langsung memisahkan diri dari mereka bertiga.
"Aneh banget sih? Kok Elli malah nitip foto ini ke
Yudi? Bukannya dia udah kasih aku tadi pagi?" Ella masih memperhatikan
foto yang dipegangnya dan dibaliknya.
"Heh?!" Terbelalak mata Ella waktu melihat di
belakang foto itu ada tulisan tangan. "Apa ini?"
Lina dan Viska yang sudah mulai
curiga ada ketidakberesan, segera melihat foto di tangan Ella. Disana tertulis:
938231 A.B kalENG.
"Apa ini?" Gumam Ella kebingungan. Lina mengambil
alih foto dari pegangan Ella dan memperhatikan kode di balik foto lebih lanjut.
"Sepertinya itu semacam kode, Lin." Kata Viska
menatap sahabatnya. "Kok aneh gitu ya? Apa itu petunjuk?"
Lina terdiam sesaat. "Bisa jadi ini petunjuk. Namun
satu hal yang pasti, ada yang tidak beres disini."
"Maksudmu?" Viska dan Ella bertanya bersamaan.
"Ya, ternyata benar." Gumam Lina. "Elli tidak
pulang. Dia masih ada di sekolah ini."
"Maksudmu ada yang terjadi padanya?" Tanya Ella
lagi.
"Ya," Lina mengangguk. "Pelakunya ada di
antara orang-orang yang berhubungan dengannya dan kompetisi ini."
"Yudi, pacarnya Elli. Allisa Britany dan Arni Budianti
sebagai saingannya. Juga Pak Kalvin Enggano sebagai pembimbingnya."
Sambung Lina. Diperhatikannya kode di balik foto itu.
"Coba kulihat!" Viska mengambil foto itu dari
tangan Lina dan membaca kodenya. "938231 A.B kalENG."
"A.B." Gumam Viska. "Allisa Britany? Atau
Arni Budianti?"
"Kaleng, Kalvin Enggano..." Kata Ella.
Viska dan Ella saling berpandangan satu sama lain.
"Apa maksudnya semua ini?" Ella bergumam. Suasana
aula yang ramai serasa hening dirasakan oleh gadis-gadis tersebut untuk
beberapa saat lamanya.
"Sepertinya aku sudah tahu siapa pelakunya dan dimana
Elli berada." Lina yang terdiam cukup lama itu, memecah kesunyian di
antara mereka.
BAGIAN 2
"Ya, aku sudah mengetahui jawabannya! Viska, bantu
aku!" Lina pun memanggil sahabatnya.
Viska menatap sahabatnya yang sepertinya telah menemukan
jawaban pemecahan kasus itu.
"Ini konspirasi. Pelakunya lebih dari satu orang."
Kata Lina lagi.
"Konspirasi?" Ujar Viska.
"Lebih dari satu orang?" Ella juga tampak
kebingungan.
"Ya," Lina mengangguk. "Dari kode ini 938231
A.B kalENG. Semua jawabannya ada di kode ini. Siapa pelakunya dan dimana Elli
berada sekarang."
"Kalau aku bilang sih antara Allisa Britany dengan Arni
Budianti." Kata Viska. "Karena di kode itu tertulis A.B. Inisial
Allisa Britany dengan Arni Budianti kan A.B."
"Aku justru bilang pelakunya Pak Kalvin Enggano."
Sahut Ella. "Sebab Elli menulis kalEng, yang berarti Kalvin Enggano."
"Hmmm... Begitu ya?" Lina bergumam.
"Yudi bukan pelakunya, karena namanya tidak disebut di
kode kan?" Tanya Viska lagi.
"Ada. Nama Yudi disebut disini." Jawab Lina.
"Dari mana? Yang ada hanya inisial AB dan kata
kalEng." Timpal Ella.
Lina menatap Ella. "Elli itu jago Bahasa Inggris
kan?"
Ella mengangguk.
"Untuk membongkar kode ini, kita harus berpikir seperti
cara berpikir Elli." Kata Lina. "Jadi karena Elli jago Bahasa
Inggris, kita juga harus tahu kode yang dimaksud disini tidak lepas dari Bahasa
Inggris."
"Maksudnya, Lin?" Ella kebingungan dan melihat
kode di foto sekali lagi.
"Coba lihat ini. 938231 A.B kalENG." Lanjut Lina.
"Penulisan kata kalENG ditulis dengan kal kecil dan ENG dalam
kapital."
"Kalau memang yang dimaksudkan kaleng saja, tentunya
Elli akan menulis dengan huruf kecil semua, atau minimal hanya huruf K yang
besar. Iya kan?"
Viska dan Ella mengangguk bersamaan.
"Penulisan yang benarnya memang begitu." Kata
Viska.
"Nah, tapi Elli menulisnya dengan kalENG, kal huruf
kecil dan ENG huruf besar. Secara kebetulan, kata ini mengacu kepada Pak Kalvin
Enggano, yang inisialnya Kal-Eng." Kata Lina lagi.
"Tapi Elli mempunyai maksud dengan menulis seperti
ini." Lina melanjutkan. "Terlebih Lina jago Bahasa Inggris. Jadinya
dia tentu mempunyai maksud tertentu yang dituliskan dalam kata ini."
"Gimana, Lin? Aku jadi semakin bingung." Viska
menggaruk kepalanya.
"Penulisannya kalENG. Elli bermaksud mengatakan bahwa
kata yang dituliskan ini adalah kaleng yang sebenarnya."
"Kaleng?" Viska dan Ella saling berpandangan.
"Apa hubungannya kaleng dengan kasus ini?"
"Ada." Lina tersenyum. "Penulisang ENG dengan
huruf besar pada kalENG itu kunci jawabannya."
"ENG besar..." Ella merenung. "Apa
artinya?"
"Elli jago Bahasa Inggris. Kamu sebagai kembarannya,
tentunya tahu apa maksud dari ENG itu." Kata Lina.
"ENG...ENG... Apa itu English?" Ella menjawab
sambil menebak.
"Benar. ENG itu adalah singkatan internasional untuk
English dan England. Elli jago dalam Bahasa Inggris, tentunya dia juga tahu
yang begituan."
"Tapi kata kal, apa maksudnya?" Tanya Viska.
"KalENG, kal huruf kecil dan ENG dalam huruf besar.
Elli mengartikan kaleng dalam Bahasa Inggris." Jawab Lina.
"Kaleng dalam Bahasa Inggris?" Viska bertanya
balik.
"Ya. Apa kaleng dalam Bahasa Inggris?" Sahut Lina.
"Tin." Jawab Viska.
"Bukannya kaleng itu 'can'?" Jawab Ella.
Lina tersenyum. "Kalian berdua benar. Kaleng dalam
Bahasa Inggris bisa 'Tin' dan bisa juga 'Can'."
"Tapi apa maksudnya?" Viska yang tak sabar itu
semakin penasaran dengan Lina yang masih tampak tenang.
"Kode berikutnya: A.B yang tertulis di samping kata
kaleng." Sahut Lina. "Ada yang tahu maksud kata A.B disini?"
"Kalau yang berhubungan dengan kaleng, aku tidak
tahu," Jawab Viska.
"Kalau yang berhubungan dengan Bahasa Inggris? Ella
tahu tidak?" Tanya Lina lagi.
"A.B dalam Bahasa Inggris?" Ella tampak merenung
sesaat. "Apa ya? Sebentar, aku pernah lihat Elli membuka buku
Inggris..."
"Ya..." Lina menunggu, kedua alisnya terangkat.
"A.B English. A.B English. Ah ya. Aku ingat." Ella
menjentikkan jarinya. "A.B English. American-British English."
Lina tersenyum. "Tepat. American English dan British
English. Seorang yang jago Bahasa Inggris seperti Elli pasti terpikir hingga
kesana."
BAGIAN 3
"Lalu apa hubungannya dengan kaleng, Lin?" Tanya
Viska lagi.
"Kaleng dalam American English adalah Can, sedangkan
kaleng dalam British English adalah Tin." Lina tersenyum.
"Dan..."
"Dan...?" Viska mengernyitkan alisnya.
"Dan Elli menulis dengan A.B. dan bukan B.A. Itu
artinya kata kaleng itu diurut dari American English dulu, baru British
English."
"Can baru Tin." Ella mengeja kata yang disebutkan
oleh Lina. "Can-Tin. Can-Tin."
"Sudah dapat jawabannya?" Lina tersenyum penuh
arti.
"Kalau aku mengucapkan kata Can-Tin secara berurutan
akan terdengar seperti aku mengucap kata Canteen." Jawab Ella.
"Ya. Dalam Bahasa Inggris, Tin dan Teen adalah Homofon.
Kesamaan pengucapan, namun berbeda arti dan penulisan."
"Canteen. Jadi Elli ada di kantin?" Kata Viska.
Lina mengangguk. "Betul sekali."
Viska mengepalkan tangannya. "Iya, disana ada gudang
yang tak terurus. Biasanya dipakai untuk menyimpan barang dagangan."
"Itu dia!" Lina tersenyum.
"Tapi, Lin," Ella berkata. "Apa maksud dari
938231?"
"Itu kode pelakunya." Jawab Lina.
"Kode pelakunya?" Ulang Ella tak percaya.
"Ya. Tadi dikatakan kamu mendapat sms dari hape
kan?"
Ella mengangguk.
"Coba keluarkan hapemu!"
Ella mengeluarkan hape dari saku bajunya. Viska yang masih
penasaran juga mengikuti perbuatannya. (Pada saat kisah ini ditulis, hape
candybar masih menjadi trend pada saat itu).
"Sambil dilihat hapenya ya. Terus masuk ke pesan
singkat sms." Kata Lina lagi. "Nah, 938231 itu berarti, dalam
menuliskan pesan singkat atau sms, angka 9 ditekan 3 kali. Angka 8 ditekan 2
kali dan angka 3 ditekan 1 kali. Kata apa yang kalian dapat disana?"
"YUD..." Ella dan Viska berkata secara bersamaan.
"Pelakunya Yudi!" Sambung keduanya lagi.
"Ya, ini kesimpulan yang berhasil kutarik. Mungkin Yudi
berhasil membujuk Elli dan menyekapnya di kantin. Tapi karena Yudi masih ada
rasa sayang kepada Elli, jadi dia hanya menyekapnya saja." Kata Lina.
"Untuk menghindari komunikasi denganmu, Ella, maka Yudi
menyita hape Elli. Namun Elli tidak hilang akal. Dengan foto yang mungkin masih
tersisa di tasnya, dia menuliskan kode ini dan meminta Yudi memberikannya
kepadamu. Elli tahu Yudi pasti akan curiga bila dia melihat tulisan yang jelas
menggunakan namanya. Bisa-bisa malah Yudi tidak memberikan foto ini padamu dan
kalau sudah begitu, gagallah semua usaha Elli."
"Nah, Yudi sendiri dengan menggunakan hape Elli yang dia sita, dia mengirim sms kepadamu memberitahu bahwa Elli sakit dan pulang sehingga tidak bisa ikut kompetisi. Tapi Yudi tidak curiga bahwa kode di belakang foto ini justru menjadi kunci jawaban dari kasus konspirasi ini."
"Konspirasi berarti lebih dari satu orang." Kata Viska. "Berarti masih ada orang lain selain Yudi."
"Ya, masih ada. Dia adalah Alissa Britany." Sahut Lina. "Mungkin Yudi yang mantan Alissa dimintai bantuan oleh Alissa untuk memperlancar pertandingan dengan menyekap Elli. Tapi Yudi yang ada maksud dengan Elli, hanya menyekap dan menyita ponselnya saja."
"Kalau begitu, kita sekarang bergerak!" Viska berkata dan segera berlari ke kantin sekolah. Lina dan Ella menyusul di belakangnya.
Tak ada kesulitan berarti bagi Viska untuk membuka pintu kantin yang dikunci dari luar dengan papan yang diselipkan. Elli berhasil diselamatkan sebelum waktu kompetisi dimulai.
Kehadiran Elli di kompetisi membuat Yudi dan Alissa tersentak kaget. Yudi sendiri bermaksud menghindar dan kabur dari pertandingan, namun Viska bergerak cepat, menghadang dan meringkus tangan temannya untuk dihadapkan kepada Pak Kalvin Enggano dan beberapa guru lainnya.
Kasus terkuak! Alissa dieliminasi dari kompetisi karena perbuatan curangnya. Yudi diskors 1 minggu oleh pihak sekolah. Sementara kompetisi antara Elli Bong dengan Arni Budianti berjalan tak seimbang. Arni bukan tandingan Elli yang mengalahkannya dengan nilai telak.
Akhirnya Elli terpilih mewakili sekolahnya di kompetisi Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Lembaga Pelatihan dan Kursus Bahasa Inggris.
"Terima kasih, Lina dan Viska, atas pertolongan kalian." Elli menyalami tangan Lina dan Viska setelah semuanya usai. "Tanpa kalian, aku tentunya takkan bisa menjadi wakil sekolah."
"Tak mengapa. Selama aku masih bisa membantu, aku pasti membantu." Jawab Lina sambil tersenyum.
"Elli, kenapa kamu kasih aku kode yang susah begitu?" Ella yang berdiri di samping saudara kembarnya berkomentar.
"Karena aku tahu, Lina dan Viska pasti bisa memecahkan kode yang kuberikan ini." Jawab Elli tersenyum sambil melihat foto yang tertulis kode yang diambil dari Ella. "Ternyata dugaanku tak salah."
LiNa & ViSKa (2): Kasus Konspirasi Menjelang Kompetisi
~TAMAT~
Nantikan episode berikutnya LiNa & ViSKa (3): Kasus Teror Untuk Guru Killer.