Lina & Viska. Dua
gadis remaja berusia 16 tahun dan duduk di bangku kelas 10 sebuah sekolah
swasta di Jakarta. Keduanya telah bersahabat baik sejak kelas 8.
Lina, gadis cantik
berambut hitam sepunggung dan mengenakan lensa di kedua matanya. Otaknya cerdas
dan pintar. Bintang Aquarius. Menyukai berdebat dan adu argumentasi, serta
senantiasa menambah ilmu dan wawasan melalui membaca, internet dan apapun yang
dapat memberinya informasi. Daya nalar dan kemampuannya menganalisa masalah
membuatnya dapat memecahkan kasus rumit yang sering ditemuinya.
Viska, gadis tomboy
dengan rambut seleher. Badannya tinggi dan menguasai ilmu beladiri. Bintang
Sagittarius. Menyukai hal-hal berbau petualangan dan menantang nyali. Tidak
begitu menyukai hal berbau pengetahuan karena dia lebih suka berpikir praktis.
Jadi jangan pernah berharap bisa berbicara hal yang berbau mistik dengannya.
Sangat lincah dan menyukai olahraga terutama taekwondo, berenang, bungee
jumping, hiking dan basket.
Gabungan kecerdasan Lina
sebagai otak dan keberanian Viska sebagai otot, membuat keduanya disegani di
sekolahnya. Mereka selalu cepat dan sigap memecahkan banyak kasus yang rumit
yang terjadi di sekitar lingkungan dan sekolah. Bahkan tak jarang aksi keduanya
membawa mereka melalui petualangan demi petualangan yang riskan dan berbahaya.
LiNa & ViSKa (1): Kasus Hilangnya
Uang OSIS
Bagian 1
Hari Rabu yang cerah,
kelas X-1 dimana Lina belajar, dikejutkan oleh suatu peristiwa menegangkan yang
melibatkan beberapa teman sekelasnya.
Ketika jam pelajaran
ketiga yang adalah pelajaran olahraga terjadi peristiwa di kelas X-1. Uang
sebesar Rp 378.000,- di tas Henny, iuran kelas X-1 yang akan dititipkan di kas
OSIS, hilang!
Pada saat kejadian
berlangsung, Andre berada di kelas karena mendadak sakit perut dan tidak ikut
pelajaran olahraga. Alasannya yang tidak berolahraga menjadikannya tersangka
utama dari kasus itu.
Ketika pulang, guru wali
kelas menahan anak-anak X-1 dan mencari tahu siapa dan bagaimana kejadian itu
berlangsung. Pak Sofyan memanggil 4 orang tersangka dan diinterogasi secara
terpisah. Masing-masing memberikan alibi mereka
Inilah keterangan yang
berhasil dikumpulkan Pak Sofyan, wali kelas X-1 dari keempat muridnya itu:
Winda (ketua kelas X-1):
Semestinya uang itu diberikan kepadaku, karena aku ketua kelas. Melalui
aku,uang baru diberikan kepada kakak OSIS. Aku masih sempat masuk ke kelas dan
mengambil air minum karena haus. Pada waktu itu, Andre kulihat sedang tertidur
menelungkup di meja. Tapi aku tidak tahu tentang uang yang hilang itu.
Andre (anak yang mendadak
sakit perut dan tidak ikut olahraga): Selama ini aku berada di kelas dan tidak pernah
meninggalkan kelas. Perutku terlalu sakit untuk bergerak, jadi aku tiduran saja
di meja. Aku tidur selama pelajaran olahraga jadi aku tidak tahu siapa saja
yang masuk ke kelas ini pada jam olahraga. Tapi aku tidak tahu kalau ada uang
hilang. Walau aku ada di kelas, tapi aku tidak mengambilnya.
Henny (Bendahara kelas
X-1, yang kehilangan uang): Saat mau olahraga, aku masih memeriksa tas dan
amplop uang itu masih lengkap di tasku. Selama olahraga aku tidak masuk ke
kelas sama sekali dan saat aku kembali kemari, amplop itu telah hilang,
namun tasku masih utuh dan tidak berpindah posisi.
Brenda (teman semeja
Henny): Dari pagi aku tidak memperhatikan Henny dengan amplopnya dan saat
olahraga, aku keluar terlebih dulu daripada Henny. Jadi aku tidak tahu menahu
dimana dia menyimpan uangnya itu. Pada saat kejadian, aku selalu bersama Henny
di lapangan.
Dengan alibi-alibi itu,
Pak Sofyan mencoba menganalisa siapa pelaku pengambilan uang tersebut. Namun
dia tidak memperoleh jawaban memuaskan. Pak Sofyan akhirnya menyerah dan
memulangkan anak-anaknya.
Namun Lina berkesimpulan
lain. Dia meminta Pak Sofyan menahan keempat teman kelasnya itu karena salah
satu dari mereka mengambil uang itu. Pak Sofyan bingung. Tapi Lina sudah
mengetahui jawabannya.
Bagian 2
“Aku sudah mengetahui
jawabannya!” Lina meminta Pak Sofyan untuk menahan keempat temannya di kelas.
Pada saat yang sama,
Viska datang dari kelas X-2 dan bergabung bersama Lina. Setelah Lina
menceritakan kasusnya kepada sahabatnya itu, Lina pun menjabarkan hasil
analisanya.
"Ada 4 hal yang bisa
kuambil kesimpulan analisa dari jawaban alibi teman-teman." Kata Lina
menjabarkan analisanya.
"Satu. Dari 4 alibi
yang ada, 2 orang memberatkan posisi mereka masing-masing. Dengan kejadian
kehilangan barang alias dicuri, seorang tersangka seharusnya membuat kesan
seolah-olah dia tidak ada di TKP, bukannya malah mendekatkan diri dengan TKP.
Dalam hal ini ada dua tersangka justru muncul di lokasi TKP. Kedua orang ini
justru bilang mereka ada di kelas. Seorang pelaku pencurian, secara logika,
tidak mungkin mau memberatkan posisinya dengan berada di TKP, tapi justru malah
menjauhkan diri agar dia tidak jadi tersangka."
"Dua. Posisi tas
yang tidak berubah." Lanjut Lina. "Hanya pencuri hebat yang bisa
mengambil barang tanpa membuat barang lain berubah posisi atau berpindah
tempat. Kalaupun korban mengambil uang itu sendiri, posisi tas yang tidak
berubah, tentunya tidak akan berpengaruh baginya. Tapi korban malah
mengungkapkan bahwa tasnya tidak berubah posisi sedikitpun! Yang tahu persis
posisi dan letak tas yang sebenarnya - selain korban - hanya ada satu orang
yang mengetahuinya."
"Berikutnya. Pelaku
mengatakan bahwa dia tidak memperhatikan korban bahkan dia keluar kelas
terlebih dulu. Tapi dalam pengakuannya, dia bilang "amplopnya
hilang", bukan uang. Sedangkan yang lain, hanya tahu uang. Kecuali Henny
sendiri, mana ada lagi yang tau kalau uangnya disimpan di dalam amplop?
Pernyataan yang saling bertentangan. Bila memang tidak memperhatikan, darimana
dia bisa tahu uangnya disimpan di dalam amplop?"
"Terakhir."
Sambung Lina. "Alibi bahwa pelaku selalu berada bersama korban sepanjang
jam olahraga, hanya pernyataan sepihak. Dalam alibinya, korban tidak menegaskan
bahwa dia selalu bersama pelaku di lapangan. Dalam kesempatan itu, bila pelaku
masuk ke kelas dan melakukan aksinya, tidak ada yang memperhatikan dirinya.
Kalaupun ada, tidak ada yang memperdulikannya. Termasuk Andre yang sedang
tertidur karena sakit."
"Dari empat analisa
ini, aku mengatakan. Bahwa pelakunya adalah..." Lina dengan
terang-terangan menunjuk salah satu dari keempat tersangka sebagai pelaku
pencurian itu.
"Brenda. Kamulah
yang mengambil uang itu!" Kata Lina dengan tegas menutup penjelasannya.
Akhirnya Brenda mengakui
perbuatannya mengambil uang OSIS itu karena dia membutuhkan untuk membayar
biaya operasi mamanya yang masuk rumah sakit dua hari yang lalu. Papanya Brenda
sudah meninggal setahun sebelumnya.
Setelah kasus itu,
anak-anak kelas X bersepakat memberikan bantuan dana kepada Brenda untuk biaya
operasi mamanya.
LiNa & ViSKa (1): Kasus Hilangnya
Uang OSIS - TAMAT